Friday 1 April 2011

Pendakian Gunung Arjuno - Welirang

Dalam rangka mengisi waktu liburan dan juga merupakan salah satu program kerja dari MAYAPADA, kami anggota MAYAPADA yang terdiri  Munir,  Alva, Dila, Binti, Naina, Sofi, Abd Mambu, dan pembina kami M. Tarom mengadakan kegiatan pendakian di pegunungan Arjuno – Welirang. Semua peralatan pengembaraan, fisik serta mental telah kami persiapkan.

Minggu, 3 Juli 2005 saat mentari mulai memercikkan sinarnya  yang diselimuti dengan belaian lembut embun pagi mengantarkan semangat kami yang penuh harap, mencoba melawan dinginnya udara pagi. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 07.30 wib, tampak dari arah utara salah satu anggota pendakian menuju rombongan di depan pintu garbang MAN Jember 1.

Dengan langkah tegap serta beban berat dipunggung, kami menelusuri jalan kawasan Imam Bonjol, Kaliwates. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menaiki angkutan menuju terminal Tawang alun. Selang beberapa menit kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan Bus menuju arah Surabaya. Dengan suasana di dalam Bus yang begitu gerah dan panas, sedikit waktu kami gunakan untuk koodinasi perjalanan selanjutnya. Dalam kurun waktu kurang lebih satu jam, kami telah tiba di kota pisang, Lumajang. Perjalanan dilanjutkan menuju kota Probolinggo. Disebelah kiri jalan terlihat puncak Gunung Semeru dengan asapnya yang mengepul diselimuti awan putih. Beberapa jam kemudian, kami sampai di kota Bangil, Pasuruan. Disebelah kiri, kalau tidak salah, juga sudah terlihat puncak Gunung Arjuno yang merupakan salah satu tujuan kami. Selanjutnya, kami harus turun dari bus dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan kota menuju Pandaan. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan dari Jember menuju Bangil adalah kurang lebih 4 jam.

Selama perjalan menuju Pandaan, disebelah kanan jalan terlihat gunung Penanggungan dan area persawahan yang luas. Selang beberapa menit kemudian, kami sampai di Pandaan. Setelah itu perjalan dilanjutkan menuju kota wisata Tretes.

Tretes merupakan kota wisata yang terletak di kaki gunung Arjuno dengan tatanan kota yang rapi dan bersih, udaranya pun terasa sangat menyegarkan sesuai dengan aroma khas pegunungan. Di sebelah kanan dan kiri terlihat hamparan kota dengan tatanan hotel dan vila di daerah pegunungan yang begitu hijau dan menyejukkan mata.
Setelah perjalanan melewati kota Tretes, akhirnya kami pun sampai di pos perijinan dan acara kami lanjutkan dengan ishoma serta mengurus perijinan.

Setelah semua persyaratan perijinan kami penuhi, dengan langkah tegap dibawah terik matahari kami melewati jalur aspal menuju hotel Surya. Ditengah perjalanan menuju kawasan hotel, kami temui sebuah taman yang dihuni oleh beberapa ekor rusa. Sesampainya dipersimpangan jalan, kami harus melapor pada petugas sebelum memasuki kawasan hutan.
Jalur kekanan merupakan jalur menuju kawasan hotel Surya. Kami lanjutkan perjalanan dengan mengambil jalur lurus menuju kawsan camping ground. Dengan jalur yang  sedikit mananjak, kami melewati kawsan hutan pinus. Nafas terengah – engah setelah sekian menit kami berjalan dengan beban di punggung kami membuat tubuh ini tersirami air keringat. Sedikit angin yang berhebus meraba kulit, menyejukkan tubuh, membangkitkan semangat untuk terus menelusuri jalan di hadapan kami.

Selangkah demi selangkah kami berjalan disertai kabut yang menyelimuti kawasan hutan dan akhirnya kami sampai pada camp pertama, Pet Bocor. Dinamai Pet Bocor karena pipa yang merupakan saluran air dari pegunungan menuju hotel di kawasan Tretes dalam keadaan Bocor. Hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan juga para pendaki gunung untuk sarana mandi dan kebutuhan air minum dan masak.
Jam tangan menunjukkan pukul 04.30 wib, saatnya bagi kami untuk mendirikan tenda sebagai tempat peristirahatan pertama. Matahari mulai menutup matanya dan malam pun tiba. Udara semakin dingin diiringi dengan suara binatang disekitar kawasan camping ground dan suasana keheningan mengantarkan kami menuju pulau impian.
Pet Bocor merupakan area perkemahan yang luas dan banyak ditumbuhi pohon pinus serta semak – semak. Pemandangannya pun juga indah. Disebelah timur terlihat kota Pasuruan, Bangil, Pandaan dan kota wisata Tretes.

Pagi pun tiba, dengan diselimuti umbun pagi perlahan – lahan matahari mulai menampakkan wajahnya. Dengan wajah yang kemerah – merahan bak bara api, sinar matahari mulai menyentuh dan menyegarkan kulit raga setelah berpetualang di pulau impian. Kegiatan kami lanjutkan dengan memulai persiapan perjalanan selanjutnya. Memasak, sarapan dan packing pun telah kami lakukan.



                                                   Gambar 1: masak pagi di Pet Bocor

Untuk mengawali perjalanan, terlebih dahulu diadakan doa bersama yang dipimpin langsung oleh ketua pendakian. Dengan langkah tegap, kami mulai meninggalkan Pet Bocor. Jalur yang kami lewati menuju pos selanjutnya adalah jalur yang kanan kirinya terlihat area perkebunan pisang yang luas.  Jalur terus kami telusuri hingga sampai pada jalur berbatu dan sedikit menanjak. Dengan hati – hati kami lewati jalur di depan kami hingga sampai pada ketinggian kurang lebih 1400 m dpl. Menoleh kebelakang, kita dapat melihat pemandangan kota yang begitu menakjubkan, terlihat rapi serta lereng – lereng pugunungan yang mengasikkan. Sepanjang perjalanan juga dapat kami temui beberapa monyet yang sedang bermain diatas ranting – ranting pohon disebelah kanan dan kiri jalan.



       Gambar 2: Gunung Penanggungan sepanjang perjalanan


Keringat mulai membasahi seluruh tubuh kami dibawah terik matahari, tidak ada pepohonan yang bisa kami jadikan tempat untuk berteduh. Perjalan sedikit terhibur dengan lantunan musik dari sebuah radio yang dibawa oleh salah satu peserta pendakian. Untuk menghilangkan rasa capek, sesekali kami beristirahat, minum dan makan sedikit bekal yang kami bawa.
Tak lama kemudian, kami mulai meninggalkan medan berbatu dan memasuki wilayah mata air kedua, Kop - Kopan. Kop – kopan juga merupakan area perkemahan yang luas dan begitu ramai pada waktu itu. Istirahat sejenak dan makan siang, setelah itu kami lanjutkan perjalanan tracking melewati bebatuan yang begitu terjal. Selang kemudian, kami sampai di kawasan hutan pinus yang begitu lebat dari hutan – hutan sebelumnya.
Kabut tebal sedikit menyelimuti perjalanan dan penglihatan kami. Udara sedikit terasa dingin dan membawa kelembaban. Selanjutnya, kami melewati jalur leter S memasuki kawasan hutan Lali Jiwo. Pelan – pelan kami mendaki medan di depan kami.  Banyak pendaki – pendaki lain yang saling bertegur sapa dengan rombongan kami.



                                                    Gambar 3: jalur menuju Pondok Welirang

Perjalanan terus kami lewati, tinggal satu tanjakan lagi, kami akan sampai di kawasan Pondok Welirang. Pondok Welirang merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak. Di kawasan ini terdapat dua jalur, jalur ke kiri merupakan jalur menuju puncak Gunung Arjuno sedangkan jalur ke kanan merupakan jalur menuju puncak Gunung Welirang. Dinamai Pondok Welirang karena tempat ini merupakan suatu tempat yang dihuni oleh para penambang Belerang di kawasan Puncak Welirang. Penduduk di kawasan Pondok Welirang merupakan penduduk yang bermata pencaharian dengan bekerja mengangkut belerang dari kawah Puncak Welirang. Dalam sehari, mereka bisa mengangkut belerang hingga dua kali angkutan dan dapat memperoleh uang sebesar Rp. 40.000 pada waktu itu.
Jam tangan menunjukkan pukul 04.30 wib, dengan ketinggian di atas 2000m dpl dan kondisi tubuh yang lelah karena berjalan seharian, kami mulai mambongkar ransel dan mendirikan tenda untuk tempat tinggal dan istirahat kami selama dua hari kedepan. Kegiatan kami lanjutkan bersih – bersih diri, sholat dan makan malam. Setelah isya’, dengan wajah yang berseri dan badan terasa segar, kegiatan kamilanjutkan dengan berkoordinasi untuk perjalan menuju puncak Arjuno yang akan memakan waktu kurang lebih 2-4 jam dari pondok Welirang dalam keadaan santai. Setelah koordinasi, tiba saatnya bagi kami untuk melanjutkan petualangan di alam mimpi. Koordinasi setiap akan memulai kegiatan merupakan hal penting yang harus dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menjalin komunikasi dan membangun kerjasama tim yang kompak agar tujuan bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan bersama.

                                         Gambar 4: mentari terbit di kawasan Pondok Welirang


Petualangan di alam mimpi pun diakhiri dengan suara sapi yang berasal dari HP pemimpin pendakian. Jam tangan menunjukkan pukul 04.30 wib. Kami pun bergegas untuk melaksanakan kewajiban kami dan mempersiapkan bekal perjalanan menuju puncak Arjuno.
Pakaian tempur sudah melekat di tubuh kami dan ransel bodypack yang berisi logistik dan minuman berenergi untuk bekal perjalanan. Seperti biasa, perjalanan diawalai dengan doa bersama demi keselamatan. Salah seorang anggota pendakian (Alva) yang pernah mendaki puncak Arjuno sebelumnya, harus tinggal di camp untuk menjaga tenda dan kebagian tugas memasak. Pada kesempatan ini, ketua pendakian dipimpin langsung oleh pembina.
Dengan penuh semangat, kami melewati hutan pinus dan semak – semak meninggalkan basecamp hingga akhirnya kami pun sampai pada suatu tempat yang diberinama lembah Kijang. Tempat ini merupakan tempat dataran luas yang ditumbuhi banyak rumput dan juga terdapat mata air yang begitu jernih dan dingin. Dari sini juga kelihatan puncak Arjuno yang merupakan puncak tujuan pertama pendakian kami.
Setelah melewati lembah Kijang, medan berganti dengan medan berbatu dan menanjak. Di tengah perjalanan, banyak ditumbuhi dengan tanaman buah bery yang buahnya dapat menghibur perjalanan kami. Sesekali kami beristirahat dan menghilangkan dahaga. Suara angin yang begitu kencang bak ombak yang berkejar – kejaran sampai pada akhirnya pendakian telah memasuki kaki puncak Arjuno. 





 
                                    Gambar 5: puncak Arjuno


Disebelah kanan terlihat sudut puncak Welirang yang juga merupakan tujuan pendakian. Perjalanan menuju puncak Arjuno diwarnai dengan vegetasi hutan pinus dan perkebunan Edelweis yang sedang berbunga. Kabut pun mulai turun disertai dengan angin yang mengiringi perjalanan. Dengan langkah penuh semangat dan tanpa menyerah, kami coba untuk melawan segala rintangan, berjalan di atas jurang yang terjal yang ada di hadapan kami. Sampai pada akhirnya, kami pun sampai di puncak pertama dari puncak Arjuno. Kami pun beristirahat dengan menyantap sedikit roti yang kami bawa. Vegetasi di sekitar daerah ini adalah vegetasi pohon katinggi dengan warna yang kemerah – merahan.disini juga terdapat banyak jejak para pendaki yang meninggal dunia. Tugu – tugu batu yang berdiri di sepanjang jalur menuju puncak utama merupakan pemandangan tersendiri yang begitu unik. Perjalanan kami lanjutkan dengan melewati jalur yang sedikit datar disekitar tugu – tugu batu. Hingga beberapa menit jalur pun mulai sedikit turun meniggalkan pucak pertama. Jalur ini dihiasi dengan batu – batu besar. Disini juga kami temui gua kecil yang dinamai dengan gua Soekarno. Setelah melewati puncak pertama, jalur menjadi sedikit menanjak menuju puncak utama. Dengan lengkah tegap penuh semangat, kami pun akhirnya sampai di atas Puncak Arjuno mengibarkan bendera Merah Putih pada hari Selasa, 5 Juli 2005 kurang lebih pukul 10.00 wib di atas ketinggian 3336m dpl. Dengan wajah yang penuh dengan kecerian dan kebahagiaan, kami saling mengucapkan selamat. Perjalanan yang penuh dengan pengorbanan baik tenaga maupun pikiran, kekompakan, dan kerjasama tim yang kuat akhirnya kami bisa berdiri tegap di atas ketinggian 3336m dpl dengan keadaan selamat. Pada tanggal itu merupakan kenangan yang bersejarah buat kami.
                                             Gambar 6: Puncak Arjuno (Selasa, 5 Juli 2005)


Di puncak Arjuno terdapat tugu batu besar yang merupakan simbol dari Puncak Arjuno. Pemandangan disekitar puncak sangat mempesona. Kabut – kabut yang menutupi jurang disekitar puncak, membuat kami seakan – akan terbang di atas awan yang disertai dengan angin.
Setelah beberapa menit kemudian, jam tangan menunjukkan pukul 10.30 wib yang menunjukkan saatnya bagi kami untuk turun dari kawasan puncak. Jalur yang kami lewati sama dengan jalur ketika menuju puncak. Beberapa menit kemudian, kami pun sampai pada mata air di lembah Kijang dan kami pun beristirahat melepas lelah. Setelah semua beres, kami segera bergegas turun menuju tenda. Setibanya di tenda, semua makanan sudah siap untuk makan siang dan dilanjutkan dengan makan siang bersama. Hmmmmm,,,,,sungguh nikmat makanan pada hari itu!!!!
Selanjutnya, kami pun bersih siri dan istirahat. Waktu pun terus berlalu dan ternyata matahari juga terkihat sangat lelah setelah seharian menyinari bumi tanpa pamrih dan sedang bersiap – siap menuju peraduannya.
Sehabis Maghrib, waktunya untuk menyiapkan makan malam. Makan malam hari ini terasa cukup istimewa. Aroma masakan ikan dan sayuran wortel seolah – olah menyebar ke sudut – sudut area perkemahan. Makan malam pun disantap dengan lahapnya disambung dengan koordinasi perjalanan menuju puncak Welirang.
Setelah koordinasi selesai, kami pun istirahat. Di tengah kesunyian malam ditengah hutan mengantarkan kami menuju tempat peristirahatan.  Malam pun semakin larut, suara hewan mengiringi perjalanan kami di alam mimpi. Dinginnya suhu udara membuat kami lebih erat dalam menyelimuti raga ini. Tak terasa malam pun berlalu. Suara sapi dari hanphone pun berbunyi. Mentari siap menyambut kami dengan sinar kehangatannya.
Selanjutnya kami bergegas mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk mendaki puncak Welirang. Untuk mengobati rasa dingin, kami sengaja membuat teh hangat untuk menghangatkan raga kami. Perjalanan pun dimulai. Dengan langkah tegap, kami meninggalkan area camping ground. Jejak sepatu yang melekat di tanah mewarnai perjalanan menuju puncak Welirang. Jalur menuju puncak Welirang juga merupakan jalur yang dilewati oleh para penambang belerang.
Perjalanan melewati kawasan hutan pinus dan semak – semak. Beberapa menit kami berjalan, terlihat dibelakang kami pendaki lain yang juga akan menuju puncak. Medan yang kami lewati sedikit berbatu. Pemandangan disekitar perjalanan kami merupakan pemandangan yang luar biasa. Tak lama kemudian pemandangan itu diselimuti oleh kabut tebal. Perjalanan terus kami lanjutkan sampai melewati percabangan jalan. Jalur lurus merupakan jalur penambang belerang menuju kawah dan jalur ke kanan merupakan jalur menuju puncak Welirang, dan kami harus belok ke kanan.



Gambar 7: jalur sebelum Puncak Welirang


Jalur menuju puncak setelah percabangan merupakan jalur yang terdiri dari batuan – batuan yang tertata rapi seperti undak – undak. Dari sini juga terlihat jalur penambang belerang di lembah jurang sebelah kiri kami. Beberapa menit kemudian, kami sampai pada tanah lapang dan datar yang pada waktu itu diselimuti kabut. Angin yang kencang dan kabut yang tebal mengharuskan kami untuk menghentikan perjalanan. Dari sini juga terelihat tebing berwarna kuning sepanjang perjalanan menuju puncak. Beberapa menit kamudian, kabut pun berlalu. Perjalanan kami lanjutkan kembali.
Medan terakhir menuju puncak, kami harus melewati jalan berbatu dan sedikit menanjak. Aroma belerang pun semakin menyengat dan memaksa kami untuk sedikit menutup hidung. Setelah itu lintasan manjadi datar kembali. Disebelah kanan terdapat lembah yang banyak ditemui ukir – ukiran batu. Selang beberapa menit kemudian, kami pun sampai di puncak Welirang pada hari Rabu, 6 Juli 2005 pukul kurang lebih 08.30 wib di atas ketinggian 3039m dpl.







Gambar 8: Puncak Welirang (Rabu, 6 Juli 2005)







Pemandangan dari puncak Welirang, terdapat kawah
belerang yang berukuran luas dengan dikelilingi tebing yang terjal bewarna kuning dan berasap yang membawa aroma belerang yang menyengat. Angin yang kencang membawa bendera merah putih berkibar di angkasa. Dua puncak gunung yang telah kami taklukkan merupakan sebagian kecil dari kuasa Tuhan di alam semesta ini. Menginjakkan kaki di puncak Arjuno – Welirang merupakan kebanggaan tersendiri bagi kami untuk bisa menikmati anugerah Tuhan yang begitu sempurna.
Segala akrtifitas di puncak telah kami lakukan. Suara angin bak ombak yang berkejaran dan awan yang seakan – akan mau menerkam, kami coba untuk mulai meninggalkan puncak. Jalur ke base camp sama dengan jalur yang kami lewati ketika hendak menuju puncak, penuh dengan percabangan dan mengasikkan. Di tengah perjalanan, kemolekan buah bery menyambut dengan warnanya yang menggoda, membuat kami tak dapat menahan hasrat untuk menikmatinya. 
Tak terasa, kami pun sampai pada camp. Makan siang pun menyambut kadatangan kami dengan juru masak yang berbakat di bidangnya. Makan siang pun tak terelakkan. Selanjutnya tenda – tenda tempat kami beristirahat mulai dibongkar. Ransel sudah terlihat begitu gagah hendak menaiki punggung kami. Berdiri di puncak gunung dengan  mengibarkan merah putih adalah pengalaman yang tak akan terlupakan. Dengan langkah yang penuh dengan rasa bahagia, kami mulai turun meninggalkan kawasan perkemahan melewati kawasan hutan pinus yang lebat manuju area perkemahan pet bocor. Tugas selanjutnya adalah mendirikan tenda untuk malam terakhir kami.



                              Gambar 9: persiapan turun dari Pondok Welirang


Matahari pun mulai tenggelam dalam peraduannya. Malam itu menjadi malam terakhir untuk kebersamaan kami selama di Gunung Arjuno – Welirang. Canda dan tawa seakan memecah sudut – sudut kesunyian di area perkemahan. Setelah beberapa hari kami hidup di gunung, malam itu menjadi saksi kebersamaan, kekompakan, dan kerjasama kami. Suka cita telah kami lewati bersama dan keberhasilan menempuh  dua puncak gunung menjadi kenangan yang tak terlupakan. Malam pun semakin larut dan canda tawa itu mulai meredup bersama dengan kesunyian alam menyelimuti kami di tengah kegelapan hutan.
Pagi pun tiba, tak lupa kami beramai – ramai menikmati sinar matahari terbit di belakang tenda kami. Sedikit demi sedikit, matahari mulai menampakkan wajahnya. Pagi itu pula merupakan pagi terakhir bagi kami untuk bisa menyaksikan matahari terbit di kawasan hutan pet bocor. Menit demi menit sinar matahari mulai menghangatkan wajah keceriaan kami. Menemani kami menikmati sarapan pagi.

Gambar 10: mentari terbit di kawasan Pet Bocor
 




Setelah semuanya selesai, kami pun bergegas untuk mempersiapkan perjalanan pulang. Selangkah kami mulai meninggalkan area perkemahan menuju pos perijinan. Selanjutnya, perjalanan kami lanjutkan menuju Jember. Di tengah perjalan, kami diguyur hujan yang begitu deras. Beberapa jam kemudian, kami pun sampai di terminal Tawang alun. Satu per satu peserta pendakian mulai berpisah. Berat rasanya merelakan mereka pergi. Tapi bagaimanapun, pengalaman selama di gunung menumbuhkan semangat baru dan akan menjadi kenangan yang berharga, mendidik kami untuk menjadi lebih dewasa. Akhir kata, kebersamaan kita tak akan pudar dan harus kita jaga untuk selamanya.


====SALAM LESTARI ====



Text and photos by:
Munir petualang


EmoticonEmoticon